Strategi Hitam Bisnis dalam menghindari kerugian

strategi hitam bisnis dalam mengatasi kerugian

Dalam dunia bisnis, kebangkrutan sering dianggap sebagai langkah terakhir untuk menyelesaikan masalah keuangan, tetapi beberapa pemilik bisnis menggunakan kebangkrutan secara strategis untuk lepas dari beban kerugian, kewajiban hukum, atau pajak. Ini adalah praktik yang kompleks dan kontroversial, karena meskipun legal, dampaknya bisa merugikan kreditor, karyawan, dan masyarakat.

Menghindari Tanggung Jawab Hukum melalui Kebangkrutan

Beberapa perusahaan menggunakan kebangkrutan untuk menghentikan tuntutan hukum terkait pelanggaran serius, seperti pelecehan seksual atau krisis kesehatan masyarakat. Misalnya, perusahaan seperti The Weinstein Company dan Purdue Pharma menggunakan kebangkrutan untuk mendapatkan kekebalan sipil, meninggalkan korban tanpa jalan hukum. Ini adalah cara untuk lepas dari beban kerugian besar akibat gugatan, tetapi sering kali dianggap tidak etis karena merugikan pihak yang dirugikan.

Mengurangi Kewajiban Pribadi dengan Kebangkrutan Pribadi

Pemilik bisnis yang memberikan jaminan pribadi untuk hutang perusahaan dapat mengajukan kebangkrutan pribadi untuk menghapus kewajiban tersebut. Ini memungkinkan mereka lepas dari tanggung jawab pribadi atas kerugian bisnis, memberikan awal baru, tetapi bisa meninggalkan kreditor tanpa cukup aset untuk menutup hutang.

Default Strategis untuk Pembiayaan Alternatif

Beberapa perusahaan sengaja gagal bayar untuk mengejar pembiayaan alternatif, yang bisa menjadi langkah awal menuju kebangkrutan strategis. Ini memungkinkan mereka menyusun ulang bisnis dengan syarat yang lebih menguntungkan, meskipun berisiko merugikan vendor dan pelanggan.

Keseluruhan, metode ini menunjukkan bagaimana kebangkrutan bisa digunakan untuk mengurangi beban, tetapi dampaknya sering kali kontroversial, terutama bagi pihak yang dirugikan.


Catatan Rinci: Analisis Mendalam tentang Metode Kebangkrutan Strategis

Berikut adalah analisis mendalam tentang metode yang kurang diketahui dalam dunia bisnis, khususnya terkait penggunaan kebangkrutan untuk lepas dari beban kerugian, kewajiban, dan pajak. Catatan ini mencakup detail dari berbagai sumber yang relevan, disusun untuk memberikan gambaran komprehensif bagi pembaca yang ingin memahami kompleksitas topik ini.

Latar Belakang dan Kontekstual

Kebangkrutan sering dianggap sebagai akhir dari perjalanan bisnis, tetapi penelitian menunjukkan bahwa beberapa pemilik bisnis dan perusahaan menggunakan kebangkrutan sebagai alat strategis. Ini terutama relevan dalam konteks di mana perusahaan menghadapi tuntutan hukum besar, kewajiban pajak, atau hutang pribadi yang berat. Praktik ini, meskipun legal dalam kerangka hukum kebangkrutan, sering kali memunculkan debat etis karena dampaknya pada kreditor, karyawan, dan masyarakat.

Metode Spesifik dan Contoh Kasus

Berikut adalah metode yang diidentifikasi, lengkap dengan contoh dan implikasinya:

  1. Metode Spesifik dan Contoh Kasus

    Berikut adalah metode yang diidentifikasi, lengkap dengan contoh dan implikasinya:

    1. Menggunakan Kebangkrutan untuk Menghindari Tanggung Jawab Hukum

      • Beberapa perusahaan besar telah menggunakan kebangkrutan, terutama Chapter 11, untuk menghentikan gugatan hukum dan mendapatkan kekebalan sipil. Ini sering dilakukan oleh perusahaan yang menghadapi tuntutan besar akibat pelanggaran serius.
      • Contoh Kasus:
        • The Weinstein Company menggunakan kebangkrutan untuk menghentikan gugatan terkait pelecehan seksual oleh Harvey Weinstein, memengaruhi 100 wanita yang mengajukan klaim (The Cut, NY Daily News, Reuters).
        • Catholic Dioceses (29 keuskupan) menggunakan kebangkrutan untuk menghadapi gugatan pelecehan anak (Bishop Accountability).
        • Purdue Pharma dan Mallinckrodt menggunakan kebangkrutan untuk menghindari gugatan terkait epidemi opioid (CNN).
        • U.S.A. Gymnastics (2018) dan Boy Scouts of America (2020) juga menggunakan kebangkrutan untuk menghadapi gugatan pelecehan seksual, dengan ribuan korban terdampak (NPR, NPR).
        • Johnson & Johnson (melalui anak perusahaan) menggunakan strategi "Texas Two-Step" untuk menghindari kewajiban hukum terkait bedak talc yang diduga menyebabkan kanker ovarium (Balls and Strikes).
      • Implikasi: Metode ini memungkinkan perusahaan untuk "reset" dengan menghentikan gugatan, tetapi sering kali meninggalkan korban tanpa kompensasi, mengikis akses ke keadilan. Ini adalah praktik yang kontroversial, dengan kritik bahwa hal ini melindungi pihak kaya dan berkuasa dari akuntabilitas.
      Perusahaan/Organisasi Alasan Kebangkrutan Tahun Diajukan Jumlah Pihak Terdampak (jika disebutkan) URL
      The Weinstein Company Kelalaian dalam pelecehan seksual Tidak disebutkan 100 wanita penggugat The Cut, NY Daily News, Reuters
      Catholic Dioceses Gugatan pelecehan anak Tidak disebutkan 29 keuskupan Bishop Accountability
      U.S.A Gymnastics Gagal melindungi dari pelecehan Larry Nassar 2018 Tidak disebutkan NPR
      Boy Scouts of America Ratusan gugatan pelecehan seksual 2020 Ribuan korban NPR
      Purdue Pharma Gugatan terkait epidemi opioid 2019 Tidak disebutkan CNN
      Mallinckrodt Gugatan terkait epidemi opioid 2020 Tidak disebutkan CNN
      Johnson & Johnson (anak perusahaan) Kewajiban hukum terkait bedak talc Tidak disebutkan Tidak disebutkan Balls and Strikes
    2. Menghindari Pajak melalui S Corporation dalam Kebangkrutan

      • S Corporation memungkinkan pajak mengalir ke pemegang saham, tetapi selama kebangkrutan, pemegang saham dapat mencabut status S, mengubahnya menjadi C Corporation. Ini menjebak kewajiban pajak di tingkat korporasi, mencegah pajak mengalir ke pemegang saham, sehingga mengurangi beban pajak pribadi.
      • Contoh Kasus: Dalam In re Majestic Star Casino, LLC (716 F.3d 736, 3rd Cir. 2013), pengadilan sirkuit ketiga memutuskan bahwa pencabutan status S diizinkan, dengan alasan bahwa status S tidak dianggap sebagai "properti" dari estate kebangkrutan. Ini berarti pemegang saham dapat menghindari pajak atas keuntungan dari penjualan aset atau pembatalan hutang selama kebangkrutan.
      • Implikasi: Metode ini dapat mengurangi dana yang tersedia untuk kreditor, karena klaim pajak korporasi dibayar terlebih dahulu. Ini juga menimbulkan tantangan bagi estate kebangkrutan, seperti hilangnya manfaat carryforward NOL (net operating loss) dan potensi kewajiban pajak mendadak pasca-pengajuan.
    3. Default Strategis untuk Pembiayaan Alternatif

      • Beberapa perusahaan sengaja gagal bayar (default) untuk mengejar pembiayaan alternatif, yang dapat menjadi langkah awal menuju kebangkrutan strategis. Ini memungkinkan mereka untuk menyusun ulang bisnis dengan syarat yang lebih menguntungkan, seperti mengurangi beban bunga atau mendapatkan pinjaman baru.
      • Implikasi: Meskipun ini dapat membantu perusahaan bertahan, dampaknya sering kali terbatas pada vendor dan pelanggan, yang mungkin menghadapi gangguan pembayaran. Skor FRISK® (dengan akurasi 96% untuk risiko kebangkrutan dalam 12 bulan) digunakan untuk memantau risiko ini, terutama untuk perusahaan publik, dengan skala 1-10, di mana ≤5 menunjukkan zona merah untuk stres keuangan.
    4. Menggunakan Kebangkrutan Pribadi untuk Menghapus Jaminan Pribadi

      • Pemilik bisnis yang memberikan jaminan pribadi untuk hutang perusahaan dapat mengajukan kebangkrutan pribadi, seperti Chapter 7, untuk menghapus kewajiban tersebut. Ini memungkinkan mereka lepas dari tanggung jawab pribadi atas kerugian bisnis, memberikan awal baru, tetapi sering kali meninggalkan kreditor tanpa cukup aset untuk menutup hutang.
      • Contoh: Pemilik usaha perorangan (sole proprietorship) dapat mengajukan Chapter 7 untuk menghapus hutang bisnis dan pribadi, dengan manfaat utama adalah tidak perlu pembayaran kembali kepada kreditor, tetapi aset pribadi dan bisnis menjadi bagian dari estate kebangkrutan, meskipun hukum memungkinkan menjaga aset tertentu seperti ekuitas rumah atau mobil.

    Kesimpulan

    Metode strategis kebangkrutan ini menunjukkan bagaimana pemilik bisnis dapat menggunakan sistem hukum untuk lepas dari beban kerugian, tetapi dampaknya sering kali merugikan pihak lain. Ini adalah topik yang kompleks, dengan implikasi etis dan hukum yang perlu dipertimbangkan, terutama dalam konteks global di mana utang korporasi mencapai rekor tertinggi.


    Key Citations

Slider Parnert

Subscribe Text

Tutorial Sukses Bisnis Gratis